Pesan Sang Raja Dalam Buku Anekdot Sufi Karangan Nasarudin


Termaktub di dalam buku Anekdot Sufi dari Nasarudin yang mengisahkan seorang anak yang hendak menuntut ilmu. Buku tersebut bukan saja menceritakan seorang anak yang hendak menuntut ilmu saja, akan tetapi banyak sekali cerita tentang kisah seorang agamis, kisah seorang politis, yang sarat akan makna juga memberikan pesan moral apabila dipahami juga direnungkan. Hanya saja kali ini penulis menceritakan seorang anak yang soleh juga memiliki niat yang kuat untuk menuntut ilmu dan berambisi pada keilmuan dunia, penulis juga tidak akan menyebutkan nama tokoh yang diceritakan, karena dikhawatirkan aka nada pihak yang tersinggung juga ada pihak yang memiliki nama yang sama.

Mari kita awali cerita ini dengan sama-sama membaca lafal Basmalah, alkisah ada seorang anak yang memiliki ambisi untuk mencari arti hidup, juga berambisi menginginkan cita-citanya tercapai, suatu ketika seorang anak tersebut bertanya kepada orang tuanya “ayah, bolehkah aku mengembara untuk mencari arti kehidupan ini?” Tanya seorang anak tersebut. Sang ayah pun menjawab, “boleh saja, hanya suatu hari kelak jika sudah saatnya, dan jika kau sudah kuat untuk menempuh jalan itu” tegas sang ayah kepada anaknya, “kerjakan saja dulu apa yang seharusnya kau kerjakan saat ini !!”. akan tetapi sanga anak hendak meronta untuk berniat mengembara dan menyanggah perkataan sang ayah ”ayah, aku mohon dengan sangat, aku sudah benar-benar menginginkan mengembara untuk mencari arti kehidupan ini!!” rengek sang anak kepada ayahnya, lagi-lagi sang ayah hanya mengatakan “sudah kerjakan saja dulu apa yang seharusnya kau kerjakan saat ini!”. Pada akhirnya seorang anak tersebut hanya termenung dengan wajah kecawa sambil berjalan keluar dari rumah untuk mengambil kayu bakar dan air untuk keperluan dapur dan mandi keluarga, selain untuk belajar mengaji kepada seorang guru.

Suatu ketika, saat sang anak tersebut sedang mengambil air dan kayu bakar di hutan dan sumur dibelakang rumahnya, sang anak termenung melihat seeor burung yang bermain diatas ranting pohon yang sudah kering tanpa daun yang lebat. Dalam benak hatinya mengatakan “barangkali, menjadi seekor burung akan lebih baik yang mampu terbang tanpa aturan ketinggian, tanpa adanya kekangan dari orang tuanya”. Pada saat kayu bakar sudah terkumpul dan air sudah dipenuhinya dari dalam ember yang sebelumnya dia bawa, kemudian seorang anak tersebut beranjak pulang.

Kegiatan sehari-hari yang selalu dia lakukan seperti mengambil kayu bakar untuk digunakan ibunya memasak di dapur, juga mengambil air di sumur yang hendak digunakan untuk mandi jjuga untuk keperluan konsumsi bagi keluarganya, memberikan kesan yang tidak lebih dari sekedar pelajaran yang dipelajari tanpa ada peningkatan pada bab selanjutnya, sehingga seorang anak tersebut kembali merengek untuk meminta restu dan izin kepada orang tuanya.

Pada suatu waktu, malam lebih tepatnya, setelah sang ayah baru pulang dari sawah yang sudah dibajaknya milik nenek dan miliknya, sang anak mendatangi orang tuanya tersebut sambil mengatakan “ayah bolehkah aku bicara sebentar?” Tanya sang anak kepada ayahnya sambil dibaluti rasa iba melihat dahi keringat orang tuanya, juga memperhatikan sang ayah mengusap keringat tersebut. Kemudian sang ayah pun menjawab dengan seperlunya saja “iya nak, ada apa? Oh iya kayu bakar dan air apakah sudah kau ambil?” begitu pula sang ayah menjawab sembari bertanya kembali kepada sang anak atas kegiatannya hari ini. Kemudian, sang anak pun dengan begitu rasa empati melihat ayahnya yang Nampak kelelahan kemudian memohon izin mengembara untuk kesekian kalinya. “ayah, sudah begitu banyak yang ayah lakukan dalam kehidupan ini, juga ayah sudah mengerti akan arti hidup ini, akan tetapi tidak demikian dengan aku ayah, sekarang aku sudah kuat dan bisa menjaga diri, barangkali ini sudah saatnya aku disebut dewasa juga sudah saatnya pula untuk ayah mengizinkan aku mengembara untuk mencari arti hidup ini”. Beberapa menit kemudian suasana begitu hening, seolah tiada suara untuk menghiasi suasana negosiasi, selang beberapa lama keheningan tersebut pudar ketika sang ayah berbicara “jika ambisi tersebut sudah begitu memuncak, juga obsesi besar yang dikau inginkan, kemudian kedewasaan pun sudah mumpuni, barangkali ini saatnya kau hendak mengembara untuk mengejar obsesimu itu” ujar sang ayah kepada anaknya, kemudian Nampak terlihat raut kegembiraan dari wajah sang anak, “pergilah nak, temui seorang raja yang bijaksana di sebrang pulau sana, dan belajarlah di sana dengan bijak, ambil palajarannya untuk kau pergunakan kelak” lanjut sang ayah.

Kemudian dengan begitu gembira seorang anakk tersebut, dan langsung berpikir untuk mempersiapkan bekal yang hendak ia bawa esok hari untuk membara, “terima kasih ayah, dan do’akan semoga anakmu ini berhasil mendapatkan apa yang hendak menjadi obsesi” ucapan yang sang anak lontakan kepada ayahnya sembari merengkuhkan lutut dengan tangan yang bersalaman dibarengi dengan mencium tangan sang anak kepada tangan sang ayah sembari meminta do’a, kemudian sang ayah hanya menengadahkan kepalanya seperti gesture yang menunjukan jalan dan mengizinkannya untuk pergi.

Keesokan harinya, sang anak pun berpamitan pergi kepada orang tuanya, dengan membawa persediaan bekal yang secukupnya saja, setelah selesai berpamitan, sang anak pun pergi untuk mengembara yang sudah menjadi obsesi besarnya.

Lelah dan cape tak dihiraukannya oleh sang anak tersebut, meskipun terkadang beberapa kali beristirahat, karena perjalannya begitu panjang sehingga mengharuskan untuk menghabiskan beberapa hari, dikarenakan jarak yang begitu jauh.

Setelah berhari-hari sang anak berjalan dalam perjalanannya, pada akhirnya sampai juga kepada tempat yang tempo hari ditunjukan sang ayah kepadanya, ketika datangnya sang anak tersebut didepan istana sang raja, sang anak mencoba masuk kedalam istana yang begitu luas nan indah, sang anak tersebut menyapa penjaga istana yang Nampak terlihat garang dari raut wajahnya, kemudian sang anak tersebut mencoba izin masuk kepada sang penjaga istana tersebut, akan tetapi penjaga tersebut tidak mengizinkan masuk dan melarang keras sembari mengatakan “untuk apa kau datang keistana? Sang raja sedang tidak ada di Istana!” ungkap penjaga istana tersebut, “tunggu saja di luar!” tegas penjaga istana tersebut. Dengan kerendahan hati yang didukung oleh keinginan luhur, sang anakpun menunggu hingga berhari-hari di depan istana sampai-sampai mengharuskan dirinya untuk berpuasa, karena sudah habisnya persediaan bekal yang dibawanya.

Setelah melihat usaha dan kegigihan sang anak tersebut, sang raja yang sudah mengetahuinya sejak awal kedatangan sang anak yang memiliki kegigihan dalam mencapai usaha tersebut, kemudian penjaga istana tersebut diperintahkan untuk mengizinkan masuk kepada sang anak dan menemui sang raja. Dengan penuh kegembiraan, sang anak tersebut kemudian beranjak masuk, dan ditemuilah sang raja, “untuk apa kau datang kemari nak?” Tanya sang raja kepada anak tersebut. “kedatangan saya kemari, tidak lebih dari hanya sekedar untuk mencari arti kehidupan dan bagaimana proses untuk mencapai obsesi” jawab sang anak tersebut. Kemudian sang raja memerintahkan prajurit untuk menyediakan makanan yang hendak disuguhkan kepada sang anak.

Setelah selesai makan, sang raja memerintahkan kepada prajuritnya, untuk mengawal sang anak yang ingin melihat seluruh keindahan yang ada di Istana dengan syarat harus membawa segelas air susu tanpa menumpahkannya, “prajurit, kawal anak ini baik-baik ketika melihat keindahan yang terdapat di istana, cincang tubuhnya apabila ada setetes air susu yang tumpah saat dibawanya” perintah sang raja kepada prajuritnya. Kemudian anak itu pergi dengan segelas air susu ditangannya dan dikawal dengan begitu ketatnya, yang apabila air susu ini tertumpah meskipun hanya setetes saja, maka akan merenggut nyawanya.

Dengan begitu memperhatikan langkah dan menjaga air susu ditangannya, sang anak berjalan dengan penuh kehati-hatian menjada segelas air tersebut, juga pengawalan yang begitu ketat dari prajurit sang raja, membuatnya begitu berhati-hati dalam melangkah, sehingga tidak bisa melihat seluruh keindahan yang terdapat didalam istana yang begitu luas nan indah tersebut. Setelah selesainya berjalan mengelilingi seluruh keindahan istana tersebut, sang anak yang selalu dikawal ketat ini sampai kembali menghadap sang raja.

“bagaimana prajurit apakah ada setetes air susu yang tertumpah dari gelas yang dibawa anak itu?” Tanya sang raja kepada prajuritnya, kemudian prajurit menjawab “jika ada setetes saja air susu yang tertumpah dari gelas yang dibawa anak itu, barangkali anak ini tidak akan menghadap raja kembali” ujarnya. Kemudian sang raja bertanya kepada sang anak “apakah kamu melihat seluruh keindahan yang terdapat di Istana ini?”, kemudian sang anak menjawab “bagaimana aku bisa melihat seluruh keindahan yang ada di istana ini, sedangkan aku harus menjaga segelas air susu ini, yang apabila aku menumpahkan walaupun setetes, maka akan dicincang tubuhku ini” ungkap sang anak ketika menghadap sang raja sembari tetap memperhatikan segelas air susu ditangannya. Kemudian sang raja melanjutkan “begitulah nak dalam menjalani hidup ini juga dalam menempuh obsesi yang akan kita inginkan, selalu berusaha keras menjaga kegigihan kita tanpa melihat hingar bingarnya disekeliling kita” sang raja berpesan yang lanjut menyuruh sang anak itu kembali pulang, dan kemudian setelah diberikan pesan dan perbekalan untuk pulang, sang anak diantar kembali pulang oleh prajurit sang raja.


Demikian pesan sang raja, kita dapat mengambil suatu kesimpulan dari cerita di atas, bahwa dalam menempuh tujuan yang diinginkan dan mengejar obsesi tidak melihat hingar bingar disekelilingnya agar tujuan yang kita inginkan dapat dicapai, focus dan teliti dengan rasa yang bersungguh-sungguh. Sekian (**ATH).

Komentar