Banyak Pintu Menuju Tuhan

Banyak Pintu Menuju Tuhan
Tidak terlalu salah jika kita hendak berpergian ke suatu tempat, akan tetapi kita mengatakan "Saya tidak tahu jalannya", padahal jalan tersedia banyak sekali, hanya saja di antara jalan tadi ada yang benar sehingga dapat sampai pada tujuan kita, akan tetapi ada juga jalan yang buntu sehingga menuntut kita untuk kembali memutar balik jalan kita, bahkan ada jalan yang curam, terjal dan berbahaya, tidak menutup kemungkinan juga kita menemui jalan yang dilarang untuk dilewati. jadi, sebetulnya persoalannya bukan tidak tahu jalan atau tidak percaya dengan adanya jalan yang dapat mengantarkan kita ke tempat tujuan kita, justru karena terlalu banyaknya pilihan jalan untuk menuju tempat yang kita tuju.
        Demikian halnya dengan orang atheis yang katanya tidak percaya akan eksistensi Tuhan, padahal jika dalam konteks kekinian, pernyataan demikian sangat terlambat dilontarkan, karena memang dunia ini sudah terlanjur ada dan kita sudah terlanjur harus percaya akan eksistensi Tuhan sebagai pelaku penciptaan alam semesta ini, kita dapat simpulkan bahwa sebetulnya kaum atheis itu bukan tidak percaya akan eksistensi Tuhan, akan tetapi karena terlalu banyaknya Tuhan yang harus ia ikuti dan yakini, sehingga menimbulkan dilematis tingkat dewa yang pada akhirnya justru malah membuat pernyataan Tuhan itu tidak ada bahkan menegasi seluruh kepercayaan yang seharusnya ia yakini.
   Terlalu banyaknya jalan di dunia ini yang harus dilewati, membuat para pelaku traveling dibingungkan akan kompleksitasnya jalan, pada akhirnya menjadi keharusan untuk memilih jalan yang sekiranya efektif dan efisien juga mudah dilewati tentunya. Demikian halnya dengan Tuhan dan kepercayaanya, banyak sekali orang yang kebingungan dalam memilih pintu menuju Tuhan. Sebagaimana Nurcholish Madjid dalam bukunya yang sangat fenomenal yang berjudul "Pintu-pintu Menuju Tuhan" -sebuah karya yang begitu berkontribusi terhadap kemajuan pemahaman kita akan urgensi kepercayaan- dari begitu banyaknya pintu menuju Tuhan tentu sudah menjadi suatu keniscayaan bagi kita, untuk menggunakan bantuan agar sekiranya dapat memberi sedikit petunjuk, dan bantuan itulah yang mengarahkan kita untuk menuju Tuhan, jika dilematis sudah memuncak, sudah barang tentu petunjuk arah tadi yang menuntun kita, maka di situlah akan ada banyak petunjuk jalan.
         Ketika kita hendak menuju Tuhan, tentu kita tidak dapat memahami transendentalnya Tuhan, karena memang kita sebagai manusia yang imanental (Terbatas), memerlukan bantuan agar sekiranya membantu dalam mencoba memahami Tuhan. Lantas, apa bantuan petunjuk itu? Petunjuk tersebut ialah wahyu, wahyu pun tidak serta merta dapat diterima oleh seluruh umat manusia, akan tetapi hanya manusia tertentu saja yang dapat menerima wahyu tertentu dari Tuhan. maka dari itu sudah menjadi keharusan bagi kita yang ingin menuju Tuhan untuk meyakini akan kebenaran wahyu tersebut.
           Karena sekalipun rasionalitas kita sudah mencapai tingkat yang paling tinggi, tentu tidak akan mencapai Tuhan, maka dari itu kita hanya dapat meyakini, mengimaninya terlebih dahulu untuk dapat memahami Tuhan...........Tunggu kelanjutan tulisan ini yang lebih komprehensif dan korelasinya dengan HMI (**ATH)

Komentar