![]() |
| Refleksi Diri |
Merenungkan alam dalam larut malam menjadikan
diri ini begitu kelam di hadapan Tuhan seru sekalian alam. Mentertawakan apa
yang tidak seharusnya ditertawakan, sungguh tak menjadi idaman.
Mungkin saat ini hanya Tuhan dan malaikat yang sangat paham. Sehingga dalam hati terlintas, "apakah diri ini gagal merdeka ?". Mengingat pepatah seorang kiri ketika disuruh memilih, mau menjadi apatis apa mengikuti arus ? Tapi aku memilih merdeka. Begitulah Soe Hok Gie. Barangkali inilah keadaan diri ini tepatnya. Gagal merdeka terhadap kemerdekaan manusia dalam ikhtiar.
Diri ini mendeklarasikan bahwa ingin menjadi
pribadi yang bebas tapi sopan. Tapi begitu badai menghantam, bagai keupuk yang
tertetes air hujan yang deras. Padahal, hasil dari pukulan keras akan
menghasilkan kualitas yang berkelas. Tapi diri ini tak seperti baja kawan, baja
memang mahal, tapi diri ini lebih mahal. Mungkin terlalu berharap kemerdekaan,
tapi ini memang benar akan memerdekakan semerdeka-merdekanya yang tentunya etis
di mata publik.
Keluar dari penjajahan pribadi sangat sulit
bung, tapi lebih mudah berperang dengan keadaan, surplusnya cita-cita tak
membuat diri ini berkembang. Mencoba mengubah dunia dengan tindakan abstraksi
seperti halnya konseptor. Tapi begitu enyah diri ini menjadi babu dalam
perhelatan manipulasi dan rekayasa.(**ATH)

Komentar
Posting Komentar