Apalah-apalah malam

Refleksi Diri
Merenungkan alam dalam larut malam menjadikan diri ini begitu kelam di hadapan Tuhan seru sekalian alam. Mentertawakan apa yang tidak seharusnya ditertawakan, sungguh tak menjadi idaman.

Mungkin saat ini hanya Tuhan dan malaikat yang sangat paham. Sehingga dalam hati terlintas, "apakah diri ini gagal merdeka ?". Mengingat pepatah seorang kiri ketika disuruh memilih, mau menjadi apatis apa mengikuti arus ? Tapi aku memilih merdeka. Begitulah Soe Hok Gie. Barangkali inilah keadaan diri ini tepatnya. Gagal merdeka terhadap kemerdekaan manusia dalam ikhtiar. 

Diri ini mendeklarasikan bahwa ingin menjadi pribadi yang bebas tapi sopan. Tapi begitu badai menghantam, bagai keupuk yang tertetes air hujan yang deras. Padahal, hasil dari pukulan keras akan menghasilkan kualitas yang berkelas. Tapi diri ini tak seperti baja kawan, baja memang mahal, tapi diri ini lebih mahal. Mungkin terlalu berharap kemerdekaan, tapi ini memang benar akan memerdekakan semerdeka-merdekanya yang tentunya etis di mata publik.


Keluar dari penjajahan pribadi sangat sulit bung, tapi lebih mudah berperang dengan keadaan, surplusnya cita-cita tak membuat diri ini berkembang. Mencoba mengubah dunia dengan tindakan abstraksi seperti halnya konseptor. Tapi begitu enyah diri ini menjadi babu dalam perhelatan manipulasi dan rekayasa.(**ATH)

Komentar