Oleh: Ahmad Jaenudin
(Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Pandeglang)

INTELEKTUALITAS merupakan sesuatu yang melekat sejak
dulu pada kader HmI. Sejak dulu Kader HmI selalu menjadi garda terdepan dalam
mengawal maupun menjadi aktor perubahan bangsa dengan gerakan pemikiran yang
melampaui zamanya, maka sudah menjadi keharusan bagi kader HmI diera sekarang
untuk melanjutkan prestasi sejarah tersebut.
Upaya untuk membangkitkan sekaligus meningkatkan
kembali intelektualitas kader HmI sangat dibutuhkan, maka hal yang paling utama
harus terciptanya "lingkungan yang kondusif". Lingkungan kondusif
sebagai sesuatu yang sangat fundamental bagi proses bersemainya produksi
pemikiran. Karenanya pemikiran yang diproduksi dan dikembangkan dalam
lingkungan kondusif akan menghasilkan pemikiran segar dan jernih serta akan
bisa dipastikan netral dari interest kepentingan yang tidak bertanggungjawab.
Lingkungan kondusif berarti tempat berproses serta sebuah kondisi yang sesuai
dalam mendukung proses dan bersemainya keberlangsungan berfikir. Kalau
pemikiran kader sudah bersemai dan terjaga keberlangsungannya maka akan ada
ekspektasi munculnya pemikir-pemikir baru yang produktif. Produktivitas
pemikiran sangatlah penting bagi keberlangsungan sebuah organisasi, utamanya
bagi Himpunan Mahaswa Islam sebagai organisasi Kemahasiswaan tertua dan
terbesar di Indonesia yang pernah menorehkan tinta emas bagi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia.
Kemudian selain lingkungan kondusif yang dapat
mendukung proses bersemainya pemikiran, maka harus didukung dengan adanya
"ruang dialektika yang dinamis". Ruang dialektika yang dinamis ibarat
lawan dalam sebuah kompetisi yang akan menguji sejauhmana kapasitas dan
kualitas pemikiran baik dalam memproduksi, mengembangkan dan menanggapi wacana
pemikiran yang berkembang diera sekarang ini. Ruang dialektis juga bisa
digunakan sebagai sarana uji ide-ide dan gagasan sekaligus sarana untuk
mematangkan pemikiran sebelum disampaikan kepada publik.
Ruang dialektis ini bisa berupa forum-forum diskusi
yang bernuansa akademis baik sifatnya internal maupun eksternal yang
berkesinambungan. Untuk menciptakan ruang-ruang dialektis yang berkesinambungan
dibutuhkan komitmen dari pemimpin-pemimpin HmI diberbagai tingkatkan. Selain
forum-forum diskusi bisa juga menggunakan perkembangan teknologi yang ada
sekarang dengan membentuk forum-forum diskusi di media sosial seperti di
facebook, blog, dll untuk mendiskusikan sejauhmana kualitas ide atau gagasan
tersebut dan kemungkinan untuk bisa disampaikan atau bahkan diterima publik.
Dan juga bisa lewat media cetak internal maupun eksternal seperti menerbitkan
jurnal ilmiah, buletin kampus, koran, majalah dan lain sebagainya.
Selanjutnya selain lingkungan yang kodusif dan adanya
ruang dialektis untuk membangkitkan kembali semangat intelektualitas kader HmI
adalah dengan adanya mentor atau pembimbing yang mana akan mengarahkan para
kader untuk tetap bersemangat dan termotivasi dalam mengembangkan khazanah
keilmuannya sehingga mampu menjadi pemikir-pemikir baru yang produktif dalam
menjawab tantangan zaman sekaligus dapat mengembalikan prestasi sejarah yang
pernah disandang.
Untuk itu dalam rangka mengembalikan prestasi sejarah
yang pernah disandang HmI, maka harus sedini mungkin para pengurus mengenalkan
budaya membaca, menulis, dan berdiskusi pada anggotanya. Yang kemudian
dilanjutkan dengan mempersiapkan serta membuat lahan persemaian berfikir untuk
pengurus dan anggotanya agar proses berfikir di HmI lebih dinamis dan produktif.
Budaya membaca, menulis, dan berdiskusi ini sangat
penting sebagai alat untuk mempertajam kualitas intelektual kader HmI
diberbagai tingkatan agar muncul komitmen intelektualnya. Apabila komitmen
intelektualnya sudah muncul dalam tiap-tiap individu kader HmI, maka akan lebih
mudah mengenalkan dan menyentuhkan kader-kader HmI dengan masalah-masalah
kemasyarakatan, sehingga Intelektualitas dalam tubuh HmI bukan hanya
intelektual buku atau teori, tetapi dapat diterjemahkan dalam upaya-upaya
konkrit dilapangan.
Komentar
Posting Komentar